idwebhost

Minggu, 07 September 2014

Bungkus Rokok Horor Yang Setengah Hati

Bungkus Rokok Baru Menyeramkan
Beberapa bulan terakhir ada yang berbeda dengan semua pembungkus rokok di negeri ini yaitu berisi gambar seram, menakutkan membuat merinding para pembeli rokok. Saat pertama kali beli rokok dengan pembungkus seram saya bingung, what the hell? Karena tak tanggung gambarnya berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok sampai gambar ekstrim dada dibelah hingga kelihatan organ tubuh yang rusak karena merokok. Taktik pembungkus rokok seram di pembungkus rokok terinspirasi oleh Negara lain yang telah menerapkannya untuk menekan jumlah perokok, begitu juga harapan pemerintah di negeri ini, dimana dari dulu himbauan larangan merokok dan akibat yang dimbulkan hanya berupa tulisan saja dipembungkusnya.

Mungkin tujuan pemerintah sangat baik untuk menekan angka manusia Indonesia menjadi pecandu rokok karena sekarang dari anak SD hingga kakek renta, pria dan wanita semakin menigkat saja. Walaupun saya perokok tetapi saat melihat para ABG terlebih para gadis merokok saya jadi miris dan tiadak menyukai sama sekali. Bayangka diusia mereka yang sangat produktif telah memasukkan zat yang tak layak bagi tubuh yang pastinya akan mengganggu kesehatan, kinerja dalam beraktifitas, dan yang pasti menguras dompet.

Pendapat saya jika pemerintah memang benar ingin mengurangi perokok di negeri ini, membuat manusia Indonesia lebih sehat, produktifitas tinggi maka jangan segan untuk menutup pabrik rokok. Tidak ada produsen rokok maka mau tak mau para perokok gigit jari dan lama kelamaan semoga dapat melupakan nikmatnya menghisap rokok dan beralih ke hal positif lain (semoga). Pertanyaannya apakah pemerintah berani menutup pabrik rokok? Karena cukai rokok merupakan penyumbang pajak yang paling besar dan para buruh pabrik rokok jadi pengangguran.

Dengan hanya memajang gambar seram di bungkus rokok sepertinya kebijakan pemerintah hanya setengah hati saja karena lama kelamaan pembeli akan terbiasa dengan gambar-gambar horror itu, sekarang dengan adanya gambar horror menjijikkan di pembungkus rokok membuka peluang bisnis penjualan box atau kotak rokok, juga berkembang bisnis stiker penutup gambar seram pembungkus rokok. Dan akhirnya akan berjalan lagi lingkaran setan rokok seperti semula.

Continue Reading...

Kamis, 04 September 2014

Maha Dewa Diplesetkan, Dewa Siwa Diparodikan, Dijadikan Lelucon, Bahkan Dinistakan?

Hingga saat ini ternyata masih saja ada orang yang 'saya bilang' membuat lelucon tentang sosok Dewa Siwa dengan pose khasnya. Memang semua ada konsekwensinya, saat Mahabharata muncul di TV swasta kita masyarakat begitu antusias menontonnya, sebab film Mahabharata yang sekarang lebih modern, pemerannya pun sangat rupawan. Begitu pula dengan film serial yang bertemakan Hindu lain yaitu Maha Dewa yang disiarkan juga sangat booming dinegeri ini. Kita sebagai umat Hindu sangat memuji stasiun TV yang memutar film yang bernafaskan Hindu namun dibalik itu umat hindu juga harus menghela nafas karena kepopuleran sosok Dewa-Dewa dalam cerita tersebut dijadikan candaan, lelucon, diplesetkan dan seakan dinistakan.

Dengan populernya media sosial tingkah polah orang-orang yang menganggap tindakannya hanya untuk bercanda belaka tersebut diunggah ke internet hingga menyebar dengan cepatnya, yang mengomentari pun beragam, ada yang tertawa karena menganggap peniruan seperti sosok Dewa Siwa itu lucu apalagi atribut yang digunakan agak nyeleneh seperti Trisula diganti sapu dan digantung sandal, rambut Dewa Siwa dibuat dari plastik. Ada pula prosesi pernikahan mempelai pria menirukan Dewa siwa dengan Trisula bertuliskan ‘Maha Dewa Kelamin’. Dan yang parah ada umat Hindu juga yang berbuat demikian. Umat Hindu Bali khususnya dari awal merasa Agama Hindu telah dilecehkan sehingga rasa marah, geram muncul karena manifestasi Tuhan dalam Hindu dinistakan sebegitunya. Fyuuuhhhhh….

Saya pribadi  sebagai umat Hindu tidak bersimpati terhadap kawan-kawan yang melakukan tindakan demikian tersebut, sudah keterlaluan tanpa memikirkan perasaan saudara umat lain. Tetapi saya berfikir Tuhan maha pengampun, begitu pula Para Dewata yang kami sucikan tidak akan marah apalagi membalas perbuatan tersebut sebab semua manusia dan kehidupan ini berasal dariNya. Saya juga lupa bahwa tak seorang pun pernah berjumpa atau melihat wujud para Dewa sesunggguhnya apalagi Tuhan. Sosok para Dewa yang selama ini beredar hanyalah hasil dari pemikiran manusia saja sebagai simbul agar mempermudah untuk memujanya. Dewa berasal dari kata Div yang artinya Sinar, jadi tidak ada Dewa yang berwujud manusia.

Kembali ke masalah diatas, hendaknya kita semua menahan diri dan ingat kembali pelajaran PKN saat disekolah dulu untuk saling menghormati dan toleransi antar umat beragama. Jika ingin lucu-lucuan silahkan dilingkungan rumah sendiri sajalah dan jangan dipublikasikan sebab jika umat yang merasa dilecehkan juga membalas dengan membuat figur yang disucikan dalam agamanya dengan tidak senonoh maka hancurlah Republik Ini. Pihak yang terkait hendaknya bisa proaktif menindak lanjuti masalah ini agar tidak menjadi lebih serius.


Continue Reading...

Rabu, 13 Agustus 2014

Masih Adakah Rasa Nasionalisme Hari Ini?

Tanggal 17 Agustus 2014 tinggal beberapa hari lagi tak terasa usia kemerdekaan Indonesia sudah 69 tahun, sudah cukup tua untuk usia manusia. Tapi disepanjang jalan yang saya lewati, di banjar-banjar, rumah penduduk dan kantor perusahaan tidak sedikit yang belum memasang bendera Merah Putih, saya harap mereka akan memasang nanti atau besok dan semoga tidak lupa akan hari penting negeri ini.

Sering dalam hati saya bertanya apakah rasa Nasionalisme masih ada hari ini? Masyarakat mulai individualism, menebar kebencian SARA, korup merajalela dan tak malu, politik buruk liat saja penyelenggaraan Pilpres yang masih pada ngotot dan penuh kampanye hitam, aset penting dikuasai asing, tanah produktif berganti beton (mungkin jika pulau boleh dijual sudah habis pulau di Indonesia dibeli). Dan saat ini generasi muda asik sendiri dengan dunianya sendiri, dunia BBM, FB, Twitter, SMS, game, sibuk pacaran hingga tata krama dan norma-norma sosial semakin diacuhkan. Timbul pertanyaan andaikan Negara kita besok berperang apakah para anak muda kita mau angkat bambu runcing untuk berperang menghadang peluru musuh? Ataukah memilih aman eksodus ke luar negeri atau bahkan membelot menjadi kaki tangan musuh demi mencari aman dan uang?

Balik lagi ke tema 17an. Sampai hari ini kabar tentang acara menyambut 17an juga tidak terdengar, memang sih kita tidak usah merayakan 17an secara mewah tetapi missal dengan lomba makan kerupuk, lari karung, atau jalan santai keliling banjar saya rasa tidak banyak memakan biaya, apalagi yang tinggal di kawasan wisata dapat melakukan kerjasama dengan pihak industri disekitarnya. Saya kira mereka pihak pelaku bisnis akan siap membantu, jika menokak membantu berarti sangat keterlaluan karena mereka enak mengeruk untung diatas tanah yang telah merdeka dengan taruhan nyawa para pejuang!

Rasa nasionalisme dan patriotisme tidak perlu ditunjukkan dengan pergi kemedan tempur, menghancurkan separatis, menjadi tentara namun cara gampangnya dengan menaikkan bendera Merah Putih pada bulan Agustus, jangan malahan bangga dan lebih semangat menaikkan bendera peserta piala dunia, bendera ormas maupun bendera layangan. Gampang bukan? Tapi juga banyak saya lihat masyarakat dengan semangat menaikkan bendera super jumbo Merah Putih di depan rumah dan ditempat strategis di kawasan tempat tinggalnya, banyak wisatawan lokal dari luar pulau Bali yang haru bahkan menangis melihat banyaknya bendera Merah Putih super besar berkibar di Bali.

Dirgaharu Republik Indonesia ke 69 Tahun, Semoga Tetap Jaya dan Menjadi Negara Mandiri! Merdekaaa… Hidup Veteraannn…!!!

Continue Reading...

Kamis, 07 Agustus 2014

Bali Pulau Seribu Hotel!!!

Bali sudah tersohor keseluruh dunia, menjadi salah satu icon Indonesia. Sebuah pulau eksotik dengan keindahan panorama alam, kekayaan budaya dan tradisi yang unik terjaga baik hingga sekarang dan bahkan ada orang yang menyebut Bali pulau magis, auranya kuat terpancar. Bukan tanpa sebab karena Bali bertebaran ribuan pura tempat pemujaan para dewata. Namum melihat perkembangan Bali saat ini sangatlah memprihatinkan!

Setiap hari terjadi alih fungsi lahan produktif pertanian menjadi beton, jangan membahas di daerah kuta anda tidak akan menemukan tanah pertanian lagi. Perkembangan pembangunan merajalela sudah sampai pinggiran bahkan ke daerah lain tanah pertanian digantikan hotel, villa, ruko, perumahan, dan lain-lain. Terlebih beberapa tahun belakangan ini sunguh gencar berdiri hotel-hotel kota yang menawarkan kemurahan harga, satu hotel murah beranak pinak di beberapa daerah strategis bersaing dengan hotel yang lain.

Kekuatan uang mampu merubah segalanya, masyarakat lokal seakan bungkam tak mampu berkutik dengan uang. Lihatlah saat liburan akhir tahun, libur lebaran dan hari kejepit sungguh terjadi kemacetan merajalela, hotel-hotel tersebut seakan hanya mengejar setoran tanpa memperhatikan fasilitas parkir karena mobil, bus meluber memakan badan jalan yang akhirnya merugikan para pengguna jalan. Apakah sebegitu mudahnya ijin pembangunan sebuah hotel? Karena proses pembangunan satu hotel belum jadi tapi sudah melakukan pembangunan baru lagi ditempat yang lain. Pulau kecil dengan sumberdaya alam terbatas begitu dieksploitasi, ribuan hotel, villa, ruko, industry, perumahan semua menyedot air Bali, tak tau limbahnya dibuang kemana.

Coba pikir lagi apasih yang sebenarnya dicari oleh para wisatawan ke Bali? Kemegahan hotel, villa dan ruko ataukah keindahan alam, kehidupan tadisional masyarakat Bali? Apakah julukan Bali sebagai pulau seribu pura memang benar telah digantikan pulau seribu hotel? pulau seribu ruko? Apakah anda sebagai orang Bali bangga akan hal tersebut?
Continue Reading...

Entri Populer

free counters
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net